TAMU PILKADA




Ada tiga kelompok tamu yg datang berkaitan dengan masalah Pilkada 2015. Mereka tidak saja datang pada saat Idul Fitri, tapi jauh sebelum itu. Bahkan jauh sebelum datangnya bulan Ramadhan. Tidak hanya datang bertandang ke rumah, bahkan lebih sering di luar rumahya, di kedai kopi atau di tempat2 lainya. Mereka dikatakan Tamu, karena selain bersilaturahim, juga bertanya hal-hal yang menyangkut masalah pribadi, sosial dan lainnya.  

Tak terkecuali masalah politik. Hal yg terakhir ini sebetulnya saya enggan mengungkapkan secara lebih terbuka, karena agak kurang mud rasanya. Tapi lucu pula kalau seakan tak ada senggol-senggol walau sedikitpun. Dan mudah2an saja tidak mengundang salah paham dan hal- hal yg tak sedap, seperti ketupat yg tak disentuh karena tak ada lawan makannya entah gulai ayam entah sambal lengkong, entah yg lainnya. Pokonya tak sedaplah, kalau hanya makan ketupat aje..

Sekali ini saya ingin bicara masalah Tamu dalam Pilkada. Kelompok pertama adalah tamu yg sekedar bertanya , apakah akan ikut dalam hiruk pikuk pilkada 2015 ini ? Mengapa ? Kalau sekedar bertanya via telpon tentu agak mudah menjawab ya atau tidaknya. Tapi agak susah juga kalau ditanya, mengapa ? Yang paling mudah dan sesuai dgn kondisi tentu jawabnya soal dana ! Sebab masyarakat sekarang kecendrungannya sudah kepada pertimbangan materi. Walau tidak semua memang, tapi prosentase kecendrungannya semakin membesar. Setidaknya itulah potret Pemilu 2014 lalu.


Tak bisa juga mereka disalahkan, sebab menurut mereka ( walau hal ini kadang hanya dijadikan sekedar alasan ),: setelah terpilih mereka seakan lupa, tak pernah lagi datang seperti pada saat kampanye. Sementara dipihak yg terpilih pun merasa, bahwa mereka sudah banyak berbuat, tapi sepertinya sia-sia. Karena yg diberikan selama ini, saluran aspirasi, serta sedikit amunisi selama ini, menjadi tak berarti sama sekali ketika yg bicara adalah lembaran piti yg datangnya dini hari atau bahkan pagi hari pada saat hari H pemilihan nanti.

Jadilah lingkaran yg seakan tak berujung dan susah untuk diuraikan: siapa yg memulai dan siapa yg seharusnya mengakhiri. Orang-orang menyebuitnya lingkaran syetan, dan sang syetan pun bangga karena namanya selalu disebut- sebut, saban hari. Pada saat Pemilihan pun tanpa terkecuali.

Kembali ke masalah Tamu Pilkada tadi, jawaban yg tepat adalah masalah dana. Tak bisa dipungkiri. Tapi jawaban seperti itu tak menjadi jawaban bagi Tamu Pilkada kelompok kedua dan ke tiga. Mengapa ?

Tamu kelompok kedua datang dengan pertanyaan dan keyakinan. Minta agar saya saya ikut berpartisipasi , dan siap untuk mem bek ap amunisi. Keyakinan , karena mereka sudah survei walau kecil-kecilan selama beberapa minggu , peluang dan harapan masih ada. Tinggal mau atau tidak, dimana akan berjibaku.Saya pun terperangah, mencari alasan yg tepat untuk menjawabnya.Jangan pikirkan masalah dana, sergahnya.! Saya pun menjawab, tapi jelas , memang tidak jelas jadinya..

Tamu Kelompok ke-3, juga demikian. Datang dengan kendaraan politik yg siap dia pakai dan bensin yg juga tidak sedikit. Menurut info dari pihak lain memang calon yg satu ini yg paling besar amunisinya diantara calon yg muncul kepermukaan..Permintaanya adalah minta kesediaan untuk siap mendampingi, tak perlu pikirkan yg lain-lain. Kata orang Melayu tinggal bawa badan saja ! Dan dia berjanji , tidak akan menjadikan saya seperti kondisi 10 tahun lalu. Hanya sebagai Ban Serap, bahkan sejatinya bagaikan Ban Bocor saja layaknya ..!

Bingung saya untuk mencari kata- kata yg tepat. Yg pasti: untuk berbuat kepada masyarakat tak lah mesti menjadi Bupati/ wakil Bupati (atau sejenisnya lagi). Masih banyak cara lain, yg penting ikhlaskan niat di hati. Lagipun,agar tak kecik hati, masih banyak pola/ sistem/ mekanisme yg musti di perbaiki, baik secara eksternal maupun internal..
Untuk negri ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOA PEMBUKAAN JAMBORE PENDAMPING DESA SE - PROVINSI BANTEN

SAMBUTAN KETUA DPD KNPI KABUPATEN SERANG PELANTIKAN PENGURUS DPD KNPI KAB SERANG PERIODE 2015-2018

Contoh Teks Doa Sumpah Jabatan PPS