Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Sejarah Syiah Dua Belas Imam di Iran dan Perkembangan di Indonesia

Gambar
Potensi konflik pun tidaklah kecil dari berkembangnya ideologi Syiah yang radikal ini, terutama bila bercermin pada krisis Timur Tengah saat ini, seperti Suriah, Iraq, Bahrain dan terakhir Yaman AKHIR -akhir ini, umat Islam di tanah air disibukkan dengan fenomena semarak kegiatan-kegiatan Syiah Imamiyah di tanah air. Baru-baru ini kelompok Syiah Imamiyah ini mengadakan kegiatan peringatan syahidnya Imam Husain bin Ali di Karbala   yang berlokasi di ICC Pejaten Jakarta Selatan. Islamic cultural center (atau ICC) sendiri merupakan lembaga kebudayaan Iran yang didirkan sejak tahun 2003 untuk menyebarkan budaya dan aliran Syiah Imamiyah di Indonesia. Pengalaman penulis sendiri ketika berkunjung ke lokasi ini sekitar tahun 2006, lembaga ini memiliki lingkungan yang cukup luas serta asri, nyaman, dan tenang sehingga sangat potensial sebagai pusat penyebaran agama Syiah Imamiyah. Dalam tulisan ini, penulis tidak berusaha mengulang kembali poin-poin tentang Syiah Imamiyah yang s

Peran Pemuda Banten Dalam Pembangunan

Gambar
“Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, sedangkan satu pemuda dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka,”  - Bung Karno - Ungkapan populer yang pernah dilontarkan Bung Karno dalam sebuah orasinya itu menggabarkan bagaimana sesungguhnya kekuatan dan potensi kaum muda. Pemuda sebagai garda terdepan perjuangan cita cita bangsa diakui memiliki kelebihan dibandingkan generasi pendahulu mereka (baca : generasi tua). Pemuda memiliki karakteristik yang khas, yaitu  kekuatan dalam mewujudkan apa yang selama ini menjadi angan –angan generasi sebelumnya.  Sejarah juga memperlihatkan kiprah pemuda yang tak ketinggalan dalam setiap tapak penting sejarah. Pemuda tampil sebagai kekuatan utama dalam setiap proses modernisasi dan perubahan. gerakan-gerakan pemuda di indonesia yang pernah terjadi sejak pra kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan reformasi, yang mampu menumbangkan rezim raksasa seperti soekarno dan soeharto diakui tak lepas dari kiprah perjuangan kaum muda. Karena itu tidak heran ti

Khilafah dan Demokrasi

Gambar
Sebenarnya, masalah demokrasi bisa dibicarakan dengan lebih ilmiah. Istilah “demokrasi” tidak tepat didikotomikan dengan istilah “khilafah”. Tetapi, lebih tepat, jika “demokrasi” versus “teokrasi”. Sistem khilafah beda dengan keduanya. Sebagian unsur dalam sistem khilafah ada unsur demokrasi (kekuasaan di tangan rakyat) dan sebagian lain ada unsur teokrasi (kedaulatan hukum di tangan Tuhan). Membenturkan demokrasi dengan khilafah, menurut saya, tidak tepat. Sistem demokrasi ada yang bisa dimanfaatkan untuk dakwah, Karena adanya kebebasan berpendapat. Maka, Hizbut Tahrir justru berkembang ke negara-negara yang menganut sistem demokrasi, seperti di Indonesia. Di AS, Inggris, dsb, HT lebih bebas bergerak dibanding dengan di Arab Saudi. Karena itu, demokrasi memang harus dinikmati, selama tidak bertentangan dengan Islam. Itulah yang dilakukan oleh berbagai gerakan Islam, dengan caranya masing2. ada yang masuk sistem politik, ada yang di luar sistem politik,tetapi masuk sistem

Kemenangan Iblis

Gambar
Syeikh Dhirar bin Murrah, seorang ulama sufi kenamaan yang hidup di Kufah (Irak), wafat pada 132 Hijriyah pernah berkata bahwa Iblis mengatakan, ”Jika saya mampu mengusai Bani Adam dalam tiga hal, berarti keinginanku telah tercapai dan saya telah menang, yaitu: 1. Jika lupa akan dosanya; 2. Jika merasa cukup akan amalnya; 3. Jika kagum dan bangga akan pendapatnya (merasa pintar). Sebenarnya ketiga hal (penyakit) pancingan Iblis yang dikhawatirkan Syeikh Dhirar merupakan penjelmaan dari inti ajaran Agama yang banyak ayat dan hadits Nabi SAW secara mantuq dan mafhum yang meminta untuk menjauhkan hal-hal tersebut. Penyakit lupa akan dosa, intinya adalah agar manusia senantiasa ingat dan beristighfar kepada Allah SWT, karena semua manusia tak luput dari dosa. Ingat dosa, istighfar dan bertaubat adalah sarana untuk menyambut ke depan yang lebih baik dengan penuh asa. Jika manusia lupa akan dosa akan mudah tertutup hatinya karena tidak merasa butuh kepada ampunan Allah, maka rasa ke

Para Mujahid itu Berawal Dari Remaja…

Gambar
Abdurrahman bin Auf didatangi dua orang remaja dari kaum anshar, yaitu Muaz bin Amr Al-jamuh, 14 tahun dan Muawwiz bin Afra berumur 13 tahun. Kedua duanya bersenjatakan pedang. Tentara Quraisy seolah olah tidak menghiraukan kehadiran dua remaja itu karena menganggap kedua duanya tidak berbahaya. Mereka lebih memilih Abdurrahman bin Auf agar ditawan hidup hidup untuk dijadikan tebusan karena dia terkenal sebagai saudagar yang kaya. Dalam kondisi kerusuhan pertempuran, Abdurrahman bin Auf berteriak ,” Wahai anak, kamu masih terlalu muda untuk terlibat di peperangan ini, sebaiknya engkau menjauhlah dari tempat ini.” “Kami mendapat izin daripada ibu dan ayah kami bagi menyertai pasukan Muhammad,” teriak Muaz. “Saya datang kesini hanya untuk  membunuh Abu Jahal. Tunjukkan dimana dia?” Kata Muawwiz dengan penuh semangat. Pada mulanya Abdurrahman bin Auf tidak menghiraukan kata kata dua remaja itu, tetapi Muaz dan Muawwiz terus mendesaknya supaya menunjukkan dimana Abu Jahal maka

Nabi Ya’qub As dan Detik-detik Terakhir Kematian

Gambar
 “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (Q.S. Al-Baqarah (2): 133) Tergeletak di atas tikar maut, Nabi Ya’kub As tetap memikirkan keselamatan aqidah putra-putranya. Mulutnya terbata-bata menanyakan kiblat aqidah mana yang akan diikuti putra-putranya sepeninggalnya. “Sepeninggalku, ke arah mana wajah aqidah kalian hadapkan? Tuhan seperti apa yang kalian sembah?” Tanya Ya’kub As. “Qiblat aqidah kami mengikuti nenek moyang; Ibrahim, Ismail dan Ishaq. Sembahan mereka itu juga sembahan kami,  Tuhan Yang Maha Esa.” Jawab mereka. Nabi Ya’kub As tidak menanyakan label ketuhanan dari apa yang akan mereka sembah sepeninggalnya, tetapi dia menanyakan sifat-sifat seperti apa yang dimiliki tuhan yang kelak mereka sembah.