Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

TEKS DO'A PADA HARI SUMPAH PEMUDA TAHUN 2015

Gambar
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. ALLAHUMMA YA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG KAMI BERSYUKUR KEHADIRATMU, ATAS SEGALA LlMPAHAN NI'MAT, KASIH SAYANG DAN IZIN MU JUA PADA SAAT BAHAGIA DAN KHIDMAT INI, KAMI BERHIMPUN UNTUK MEMPERINGATI HARI BERSEJARAH DALAM RANGKAIAN PANJANG PERJUANGAN BANGSA KAMI, HARI SUMPAH PEMUDA YANG KE 87 SERAYA BERSERAH DIRI KEPADA-MU DAN BERHARAP LlMPAHAN NI'MAT, RIDHO, BERKAH DANPERTOLONGAN-MU SENANTIASA MENYERTAI PERJALANAN HIDUP KAMI. DUHAI ALLAH PENGGENGGAM JIWA, PELEMBUT HATI , ERATKAN TALI PERSAUDARAAN DIANTARA KAMI AGAR KAMI MAMPU MEMBANGUN SOLIDARITAS PEMUDA YANG MAJU DAN BERKELANJUTAN DAN MENJADI SINERGI POSITIF YANG MENGHASILKAN KEKUATAN DAHSYAT DALAM MEMBANGUN KEMASLAHATAN UMAT MANUSIA. KARUNIAKANLAH KEPADA KAMI BANGSA INDONESIA KESADARAN DAN KEARIFAN UNTUK DAPAT MENGHARGAI PEJUANG PEJUANG BANGSA DENGAN TETAP SEMANGAT MELANJUTKAN CITA-CITA PENDIRI BANGSA DAN NEGARA TERCINTA INI, MEWUJUDKAN INDON

Tahun Baru Islam dan Tradisi Muharram

Gambar
Dalam tradisi kalenderial jawa, bulan Muharram diistilahkan dengan bulan Suro. Akar dari kata “suro” ini berasal dari bahasa Arab “Asyura” yang berarti sepuluh. Maksud dari kata ini adalah pada hari kesepuluh di bulan Muharram, umat Islam dianjurkan melaksanakan amalan ibadah puasa sunnah yang disebut puasa Asyura. Karena begitu populernya kata asyura ini maka orang jawa menamai bulan Muharram tersebut dengan nama suro. Cara menyikapi datangnya bulan ini antara umat Islam dengan masyarakat jawa sangat berbeda. Jika mayoritas umat Islam menyambutnya dengan banyak beribadah dan bersyukur sebagai bentuk kegembiraan atas datangnya bulan pertama dari tahun hijriyah ini dikarenakan banyak sekali keutamaan yang diperoleh di dalamnya. Tetapi bagi masyarakat jawa pada umumnya, bulan ini dianggap sebagai bulan yang penuh malapetaka dan kesialan. Hal ini dapat diperhatikan sekilas dari pemaknaan bulan ini yang bernama “suro”, kemudian seakan-akan beralih maknanya menjadi “soro” yang berar