IKHLAS - ODIH HASAN
IKHLAS - ODIH HASAN
Hadirin jamaah Jumat yang
berbahagia…
Dalam QS. Adz-Dzariat ayat 56 Allah berfirman bahwasanya manusia
dan jin tidak diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah. Ibadah yang
dimaksud adalah ibadah yang ikhlas, sebagaimana
dijelaskan pada QS. Al-Bayinah (98) : ayat 5 berikut :
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Artinya: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
HADIRIN….
Masih banyak dari umat Islam yang ketika melakukan
sebuah amalan, pekerjaan, mereka tidak memperoleh satu kebaikan pun. Hal itu
disebabkan karena amalnya tidak didasari dengan keikhlasan dalam hati yg mengharap
ridha Allah.
Ikhlas menjadi faktor diterimanya amal ibadah
seseorang. Ikhlas menjadi barometer di terima atau tidaknya pekerjaan
seseorang. Oleh krean itu mari kita pahami dan pedalam makna niat ikhlas setiap
melakukana sesuatu. Agar semua katifitas kita bernilai ibadah kepada allah swt.
arti
Melansir buku Ensiklopedi Akhlak Rasulullah 1
oleh Syaikh Mahmud Al-Mishri, asal kata ikhlas adalah akhlasha-yukhlishu yang
bermakna 'membersihkan dan memurnikan sesuatu'.
Sejumlah ulama memberi definisi mengenai ikhlas:
Al-Kafawi mengartikan ikhlas dengan meniatkan
ibadah sehingga hanya Allah semata yang disembah.
Ibrahim bin Adham mendefinisikan ikhlas sebagai
kejujuran niat bersama Allah .
Abu Utsman Al-Maghribi menjelaskan bahwa ikhlas
dilakukan dengan melupakan perhatian makhluk sehingga hanya kepada Allah
seluruh perhatian tercurah.
Allah dalam Surah Az-Zumar ayat 2 berfirman kepada
hamba-Nya untuk senantiasa beribadah dengan keikhlasan dan ketaatan.
Arab Latin: Innā anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi
fa'budillāha mukhliṣal lahud-dīn
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab
(Al-Qur'an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak. Maka, sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.
Keikhlasan bertempat dalam hati seseorang, untuk
itu Rasulullah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah:
إِنَّ اللهَ تعالى لَا ينظرُ إلى صُوَرِكُمْ
وَأمْوالِكُمْ ، ولكنْ ينظرُ إلى قلوبِكم وأعمالِكم
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak melihat
rupa dan hartamu, tetapi Dia hanya melihat hati dan amalmu". (HR Muslim)
Nabi SAW menganalogikan amal yang dilandasi dengan
ikhlas dalam hati seperti bejana. Dari Muawiyah RA, ia berkata bahwa Rasulullah
bersabda dalam sebuah hadis.
Artinya: "Sesungguhnya amalan itu seperti
bejana. Jika bagian bawahnya baik maka baik pula bagian atasnya. Jika bagian
bawahnya rusak, bagian atasnya pun rusak". (HR Ibnu Majah)
Niat seorang muslim diibaratkan dengan bagian
dasar bejana. Yang mana bila niatnya baik, yakni hanya berharap kepada Allah,
maka hasilnya berupa kebaikan dari Allah.
Sebaliknya, bila niatnya tidak dilandasi karena
Allah maka seseorang akan mendapatkan hasilnya tanpa ada kebaikan dan
keberkahan dari Allah
Apakah mungkin orang yang beramal dengan ikhlas melaksanakan
amalnya itu dengan asal-asalan? Jawabannya adalah tidak mungkin, karena lillah
sama sekali bertentangan dengan asal-asalan.
Bekerja dengan etos kerja rendah hanya mungkin terjadi bila ia
melakukan pekerjaannya itu dengan maksud yang fana, bila ia bekerja dengan
maksud selain kepada Allah. Kepada kepala panitia kerja bakti misalnya, ia
bekerja giat apabila jika dilihat saja.
Sedangkan ikhlas adalah bekerja
untuk Allah. Karena sadar Allah Maha Melihat, maka manusia yang ikhlas tidak tidak
membutuhkan perhatian manusia manapun. Karena tahu Allah Maha Hidup, tentu
Allah akan selalu ada, berbeda dengan makhluk yang memiliki batas waktu di
dunia. Karena Allah yang memberikan hidup, segala kenikmatan, dan fasilitas di
dunia untuk manusia, tentu saja ia pun akan beramal dengan etos kerja yang
tinggi sebagai tanda syukur.
Lagi pula, manusia mana yang berani
terang-terangan bekerja untuk Allah tapi tidak mengerahkan segala kemampuan
yang ia miliki? Niat ikhlas diiringi usaha
yang sebaik-baiknya adalah dua ikatan yang tak dapat lepas dari hamba yang ikhlas.
Bagaimana dengan orang yang bekerja dan mendapatkan upah, seperti
guru, dokter, dosen, apakah mereka tidak ikhlas? Takmir masjid dan
pengurus ormas yang menjalankan tugasnya tanpa mendapat upah apakah otomatis ikhlas?
Upah tidak ada kaitannya dengan keikhlasan. Ikhlas atau tidak
seseorang tergantung pada niat dan kualitas usahanya. Niat ikhlas dan usaha yang
sebaik-baiknya adalah syarat terpenuhinya kriteria ikhlas. Pekerjaan sukarela
bisa saja bernilai tidak ikhlas bila dilakukan
dengan asal-asalan. Sebaliknya profesi yang mendatangkan upah, bisa saja
bernilai ikhlas apabila
dilakukan dengan niat ikhlas dan usaha yang
sungguh-sungguh.
Kriteria selanjutnya adalah peruntukan hasil usaha. Seorang
pedagang yang mendapat untung dari hasil jual belinya haruslah dibelanjakan
kepada yang halal, dengan cara yang halal pula. Bila itu seorang pelajar, maka
ilmunya itu ia manfaatkan bukan hanya untuk keuntungan diri sendiri, tapi juga
memberi manfaat pada sesama.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah…
Kebalikan dari ikhlas adalah riya.
Riya memiliki arti beramal karena ingin dilihat oleh orang lain. Beramal karena
ingin mendapat pujian, harta, jabatan, popularitas dan segala hal selain kepada
Allah.
Riya menjadikan amal ibadah kehilangan nilai pahalanya di sisi
Allah. Seperti tanah di atas batu yang sirna tersapu hujan. Hilang tidak membekas.
Berlelah-lelah beribadah ternyata tidak ditemukan hasilnya saat hari
perhitungan.
Sedangkan ikhlas bagaikan kebun
subur di dataran tinggi. Apabila hujan lebat, maka bertambah subur tanamannya.
Kalaupun hujan hanya sekedar gerimis saja, maka itupun sudah mencukupi
kebutuhan tanaman untuk tumbuh dengan optimal
Walaupun riya dapat menghilangkan
nilai pahala dari amal yang dikerjakan, namun bukan berarti karena takut riya
maka amal ibadah itu lebih baik tidak dilakukan saja. Kuncinya adalah
kebiasaan. Bila sudah terbiasa melakukan suatu ibadah, maka perasaan riya
itupun akan terus terkikis hingga tidak tersisa lagi.
بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Komentar
Posting Komentar