Sejarah Valentine’s Day
Valentine’s
Day disebut ‘Hari Kasih Sayang’, disimbolkan dengan kata ‘LOVE’. Padahal kalau
kita mau jeli, kata‘kasih sayang’ dalam bahasa inggris bukan ‘love’ tetapi
‘Affection’. Tapi mengapa di negeri-negeri muslim seperti Indonesia dan Malaysia,
menggunakan istilah Hari Kasih Sayang. Ini penyesatan.
Makna ‘love’
sesungguhnya adalah sebagaimana sejarah LUPERCALIA pada masa masyarakat
penyembah berhala, yakni sebuah ritual seks/perkawinan. Jadi Valentine’s Day
memang tidak memperingati kasih sayang tapi memperingati love/cinta dalam arti
seks. Atau dengan bahasa lain, Valentine’s Day adalah HARI SEKS BEBAS.
Dan pada
kenyataannya tradisi seks bebas inilah yang berkembang saat ini di Indonesia.
Padahal di Eropa sendiri tradisi ini mulai ditinggalkan. Maka, semua ini adalah
upaya pendangkalan akidah generasi muda Islam.
Inilah yang
dikatakan Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds (1935): “Misi utama
kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen tujuan kalian
adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai
dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa
nafsu”
Asal Muasal
Hari Valentine :
Perayaan
hari Valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah
berhala), di mana penyembahan berhala adalah agama mereka semenjak lebih dari
17 abad silam. Perayaan valentine tersebut merupakan ungkapan dalam agama
paganis Romawi kecintaan terhadap sesembahan mereka.
Perayaan
Valentine's Day memiliki akar sejarah berupa beberapa kisah yang turun-temurun
pada bangsa Romawi dan kaum Nasrani pewaris mereka. Kisah yang paling masyhur
tentang asal-muasalnya adalah bahwa bangsa Romawi dahulu meyakini bahwa Romulus
(pendiri kota Roma) disusui oleh seekor serigala betina, sehingga serigala itu
memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Bangsa Romawi memperingati
peristiwa ini pada pertengahan bulan Februari setiap tahun dengan peringatan
yang megah. Di antara ritualnya adalah menyembelih seekor anjing dan kambing
betina, lalu dilumurkan darahnya kepada dua pemuda yang kuat fisiknya. Kemudian
keduanya mencuci darah itu dengan susu. Setelah itu dimulailah pawai besar
dengan kedua pemuda tadi di depan rombongan. Keduanya membawa dua potong kulit
yang mereka gunakan untuk melumuri segala sesuatu yang mereka jumpai. Para
wanita Romawi sengaja menghadap kepada lumuran itu dengan senang hati, karena
meyakini dengan itu mereka akan dikaruniai kesuburan dan melahirkan dengan
mudah.
Sejarah hari
valentine I :
Menurut
tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan
pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada
pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Tahu gak dewa Zeus? Itu bokap-nye Hercules.
Di Roma
kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa
kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Sebagai ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing
kepada dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan berlari-lari di
jalanan kota Roma sambil membawa potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun
yang mereka jumpai dijalan. Sebagian ahli sejarah mengatakan ini sebagai salah
satu sebab cikal bakal hari valentine.
Sejarah
Valentine's Day II :
Menurut
Ensiklopedi Katolik, nama Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau
santo (orang suci) yang berbeda yaitu dibawah ini:
- pastur di
Roma
- uskup
Interamna (modern Terni)
- martir di
provinsi Romawi Afrika.
Hubungan
antara ketiga martir ini dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada
yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan
sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus
Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia
yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa
kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai
jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan
dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia.
Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun
1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari
Valentine (14 Februari), di mana peti dari emas diarak dalam sebuah prosesi dan
dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu dilakukan sebuah misa yang khusus
diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang
menjalin hubungan cinta.
Hari raya
ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah
usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak
jelas, meragukan dan hanya berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih
dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Sejarah hari
valentine III :
Catatan
pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah
pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari
adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis
pada karya sastrawan Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis
di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa:
For this was
sent on Seynt Valentyne's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus)
Whan every foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke
sana untuk memilih pasangannya)
Pada jaman
itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari valentine
dan memanggil pasangan Valentine mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal
dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di
London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus
diciptakan pada jaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
- Sore hari
sebelum santo Valentinus akan mati sebagai martir (mati syahid), ia telah
menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya
yang tertulis "Dari Valentinusmu".
- Ketika
serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus
secara rahasia membantu menikahkan mereka diam-diam.
Pada
kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran
sebagai martir.
Sejarah
Valentines Day IV :
Kisah St.
Valentine
Valentine
adalah seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di
kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia
sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer
yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun
sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam
peperangan. Karena mereka tak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya.
Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk
melakukan sebuah ide gila.
Claudius
berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung
dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat
itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine
menolak untuk melaksanakannya.
St.
Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para
pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya
diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak
menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya
diterangi cahaya lilin.
Sampai pada
suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut
berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan
ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya
dihina oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang
mendukung aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di
jendela penjara di mana dia ditahan.
Salah satu
dari orang-orang yang percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara
sendiri. Sang ayah mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak
jarang mereka berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat
sang pendeta. Ia setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar
alias benul eh betul.
Pada hari
saat ia dipenggal alias dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu
tahun berapa, St. Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk
gadis putri sipir penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentinemu.
Pesan itulah
yang kemudian mengubah segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di
berbagai belahan dunia merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang
merayakan hari itu mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara
kaisar Claudius dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Kesimpulan:
Dari semua
asal usul atau sejarah diatas, bisa disimpulkan bahwa hari valentine memiliki
latar belakang yang sama sekali tidak jelas, baik dari ceritanya maupun waktu
terjadinya (perhatikan abad terjadinya sejarah diatas walaupun ada nama tokoh
yang sama). Bagaimana menurut Anda?
*Artikel ini dimuat di Harian Umum Kabar Banten edisi Kamis 12 Februari 2015
Thanks infonya. Saya juga punya referensi lain nih tentang fakta mengejutkan di balik perayaan Hari Valentine. Kamu bisa cek di sini ya: Kisah kelam Hari Valentine
BalasHapus