Hikmah Dibalik Peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW
“Maha
suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al
Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Isra’: 1)
“Dan Sesungguhnya Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di
Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda
(kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
(QS. An-Najm: 13-18)
Pada suatu malam yang dingin tanggal
27 Rajab, tepatnya 10 tahun setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kenabian,
Allah SWT. memberangkatkan hamba-Nya yang terkasih-Nya dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha. Semuanya
tentu tahu tentang peristiwa tersebut karena setiap tahunnya umat muslim di
Indonesia memperingatinya. Tapi adakah di antara mereka yang mengetahui
peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah memberangkatkan seorang
hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’
Dan dalam tulisan berikut ini kita
akan membahasnya secara singkat tentang hikmah di balik Peristiwa Isra’ dan
Mi’raj Rasulullah saw. Kenapa kita harus membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama,
kita semua sepakat dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada
hikmah yang terkandung tentunya bagi orang-orang yang berakal, kedua, dalam
pembahasan ini diharapkan setelah membaca tulisan ini dapat meningkatkan
keimanan kita kepada Allah SWT yang begitu besar kekuasaan-Na. Berikut hikmah
yang dapat saya rangkum dari buku Sirah Nabawiyah.
1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan
yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.
Sungguh tak bisa dibayangkan apabila
perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya perjalanan
ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan
Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik
melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak
bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya
Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa
yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang diceritakan
oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah perjalanan yang
dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy
yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana
mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada
di negeri Syam (Palestina) hanya dengan
waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang
membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang
menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru masuk Islam
tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.
2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan
kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami
Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan, penolakan
dan pengusiran.
Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj
terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari
embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh
Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang
sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang
terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib
bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan
mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah.
Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah
dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.
3. Isra’ bukanlah peristiwa
yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan) Allah yang paling besar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj
merupakan pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang
paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada
yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara
kita yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga
membuat kita menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan
bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.
Perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram
yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan kilometer
yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin
membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah
saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah
SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah.
Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan
penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah
bawa menjadi ajaran dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat
manusia di seluruh dunia.
5. Dalam Isra’ Mi’raj
diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.
Ketika Rasulullah sampai di Sidratul
Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5
waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang
Rasulullah terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah
teguhkan kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah
shalat menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya
hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya
Rasulullah saw.
Demikianlah peristiwa Isra’ Mi’raj
ini Allah SWT memperjalankannya kepada baginda Rasulullah SAW, hal tersebut
sesungguhnya untuk dapat diketahui oleh orang-orang yang beriman dan berakal.
Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat kita semua.
Komentar
Posting Komentar