Transformasi Nilai-Nilai Filosofis Isra’ Dan Mi’raj Dalam Kehidupan
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0Zl0cXl5BA19k3X2BV6FuFVq0nShD2jrhiWxCVvBmUM_2d_IY2-WJjrAfdzmdQM4EwATPLr4C7f4xg6EnjdF7-I4n5v_wbCwFIBysDBNc6V-1rhdjnXge1CbWtDn_jvnf3WUiObKT-n7t/s320/ode2.jpg)
Dalam tulisan ini penulis tidak memaparkan secara spesifik sebagaimana para mufassir dalam menjelaskan ayat tentang isra’ dan mi’raj sebagaimana pada Q.S. al-Isra’[17]: 1. Melainkan pada tulisan ini lebih menitik berat pada nilai-nilai filosofis dan makna simbolik yang terkandung dalam peristiwa isra’ dan mi’raj. Sebagaimana tertulis dalam sejarah, memang banyak peristiwa yang secara psikologis membuat Nabi Muhammad s.a.w. bersedih, sampai saking sedihnya sejarawan mencatat tahun tersebut sebagai ‘amm al-huzn (tahun kesedihan). Mula-mula Nabi Muhammad s.a.w. kehilangan pamannya, Abu Thalib yang selama ini membela Nabi Muhammad s.a.w. melalui pengaruh ketokohannya. Berikutnya Khadijah, istri tercintanya yang selama ini selalu mendukungnya dan menanamkan ketenangan kepada beliau, juga wafat. Hal ini menjadi gangguan kaum musyrik semakin menjadi-jadi, sehingga beliau pindah dalam berdakwah, yaitu ke Thaif. Namun di sanapun beliau ditolak. Selama berdakwah 13 tahun di Makkah, p...